Archive for the ‘Syahsyiyah Islamiyah’ Category

Ya’juj dan Ma’juj

Posted: 3 Februari 2010 in Syahsyiyah Islamiyah

Ya’ju dan ma’jud adalah makhluk kecil yang ukurannya kira2 satu jengkal dan bertelinga panjang. Semula makhluk ini pernah dikurung pada suatu tempat yang bertembok besar dan tinggi oleh Dzulqornain karena tingkah lakunya yang suka merusak. Pernah beberapa kali mencoba keluar dari tempat itu tapi yang lain menarik dari bawah sehingga tak berhasil, sampai pada akhir suatu hari, akhir dari bulan, akhir dari tahun dan akhir dari semuanya yakni hari kiamat.

“Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata, “Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka”. Dzulkarnain berkata, “Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka. Berilah Aku potongan-potongan besi”. Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulkarnain, “Tiuplah (api itu)”, hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata, “Berilah Aku tembaga (yang mendidih) agar aku tuangkan ke atas besi panas itu.” Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya. Dzulkarnain berkata, “Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku, dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar” (Al-Kahfi: 93-98).

Makhluk ini ialah suatu golongan dari keturunan yajid bin nuh. Kelak makhluk ini akan keluar dengan menghancurkan tembok itu pada hari kiamat. Inilah tanda akan terjadi kiamat Qubra (kiamat sesungguhnya) akhir dari segalanya. Seperti yang tercantum dalam QS. Al Ambiya’ : 96-97 :

Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya’juj dan Ma’juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar (hari berbangkit), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang kafir. (Mereka berkata):”Aduhai, celakalah kami, sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang zhalim”

Dan Rasulullah telah memperingatkan akan hal ini dalam sabdanya :

Dari Zaenab binti Jahsy bahwa Nabi datang kepadanya dengan tergopoh-gopoh. Beliau bersabda, “La ilaha illallah, celaka orang-orang Arab dari keburukan yang telah dekat, pada hari ini benteng Yaâ’juj Maâ’juj dibuka seperti ini” Rasulullah melingkarkan ibu jarinya dengan jari telunjuknya. (Muttafaq alaihi, Mukhtashar Shahih al-Bukhari no. 1341, Mukhtashar Shahih Muslim no. 1987).

Lalu siapakah mereka itu?

Nama Yaâ’juj Maâ’juj, ada yang berkata, ia bukan nama Arab, ada yang berkata, ia adalah nama Arab, diambil dari ajijun nar yang berarti bergolaknya api, atau dari al-Ajj yang berarti air asin. Apapun begitulah nama mereka yang tercantum di dalam al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi. Mereka adalah sekelompok umat dari Bani Adam, jumlah mereka sangatlah besar.

Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Said al-Khudri dari Nabi saw bersabda, Allah Taala berfirman,

menjelaskan bahwa mereka berwajah lebar seperti tameng yang menonjol dengan rambut merah kecoklatan, mata sipit, datang dengan cepat dari tempat yang tinggi.

Di awal pembahasan penulis telah katakan bahwa Yaâ’juj Maâ’juj dikurung dengan baja oleh Dzulkarnain, mereka tidak akan keluar darinya sebelum janji Allah tiba, dan itu terjadi di akhir zaman sebagai tanda Kiamat yang sudah diambang pintu. Mereka keluar setelah Isa turun dan membunuh Dajjal. Keluarnya mereka dari kurungan memiliki cerita tersendiri yang disebutkan oleh Imam at-Tirmidzi dalam hadits no 3153 dan Ibnu Majah no. 4131 dari Abu Hurairah, dan dishahihkan oleh al-Albani di Silsilah Shahihah no. 1735. Rasulullah bersabda,

“Sesungguhnya Yaâ’juj dan Maâ’juj membongkarnya setiap hari, sampai ketika mereka hampir melihat cahaya matahari. Pemimpin mereka berkata, “Kita pulang, kita teruskan besokâ”. Lalu Allah mengembalikannya lebih kuat dari sebelumnya. Ketika masa mereka telah tiba dan Allah ingin mengeluarkan mereka kepada manusia, mereka menggali, ketika mereka hampir melihat cahaya matahari, pemimpin mereka berkata, “Kita pulang, kita teruskan besok insya Allah Taalaâ”. Mereka mengucapkan insya Allah. Mereka kembali ke tempat mereka menggali, mereka mendapatkan galian seperti kemarin. Akhirnya mereka berhasil menggali dan keluar kepada manusia. Mereka meminum air sampai kering dan orang-orang berlindung di benteng mereka. Lalu mereka melemparkan panah-panah mereka ke langit dan ia kembali dengan berlumuran darah. Mereka berkata, “Kita telah mengalahkan penduduk bumi dan mengungguli penghuni langit.”

Pembicaraan tentang Yaâ’juj Maâ’juj ini penulis tutup dengan sebuah hadits an-Nawas bin Samâ’an di Shahih Muslim (Mukhtashar Shahih Muslim no. 2048). Dari hadits ini kita mengetahui banyak hal tentangnya.

Rasulullah bersabda, “Ketika Isa dalam kondisi demikian, Allah mewahyukan kepada Isa bin Maryam, “Sesungguhnya Aku telah mengeluarkan hamba-hambaKu, tak seorang pun mampu memerangi mereka, maka bawalah hamba-hamba-Ku berlindung di At-Thurâ”. Lalu Allah mengeluarkan Yaâ’juj dan Maâ’juj, dan mereka mengalir dari segala penjuru. Rombongan pertama melewati danau Thabariyah dan meminum airnya. Rombongan terakhir menyusul sementara air danau telah mengering, mereka berkata, “Sepertinya dulu di sini pernah ada airâ”. Nabi Isa AS dan teman-temannya dikepung sehingga kepala sapi bagi mereka lebih berharga daripada 100 dinar, lalu Nabi Isa AS dan kawan-kawan berdoa kepada Allah. Lalu Allah mengirim ulat di leher mereka, maka mereka mati bergelimpangan seperti matinya jiwa yang satu. Kemudian Allah menurunkan Nabi Isa dan kawan-kawannya ke bumi, maka tidak ada sejengkal tempat pun di bumi kecuali dipenuhi oleh bau busuk mereka. Lalu Nabiyullah Isa AS dan teman-temannya berdoa kepada Allah, kemudian Allah menurunkan hujan deras yang mengguyur seluruh rumah, baik yang terbuat dari tanah atau kulit binatang. Hujan itu membasuh bumi sehingga ia seperti cermin yang berkilauan.”

Dajjal disebutkan berulang-ulang dalam Hadits, sedangkan Ya’juj wa-Ma’juj bukan saja disebutkan dalam Hadits, melainkan pula dalam Al-Qur’an. Dan kemunculannya yang kedua kalinya ini dihubungkan dengan turunnya Al-Masih.

Kata Dajjal berasal dari kata dajala, artinya, menutupi (sesuatu). Kamus Lisanul-‘Arab mengemukakan beberapa pendapat mengapa disebut Dajjal. Menurut suatu pendapat, ia disebut Dajjal karena ia adalah pembohong yang menutupi kebenaran dengan kepalsuan. Pendapat lainnya mengatakan, karena ia menutupi bumi dengan bilangannya yang besar. Pendapat ketiga mengatakan, karena ia menutupi manusia dengan kekafiran. Keempat, karena ia tersebar dan menutupi seluruh muka bumi.

Pendapat lain mengatakan, bahwa Dajjal itu bangsa yang menyebarkan barang dagangannya ke seluruh dunia, artinya, menutupi dunia dengan barang dagangannya. Ada juga pendapat yang mengatakan, bahwa ia dijuluki Dajjal karena mengatakan hal-hal yang bertentangan dengan hatinya, artinya, ia menutupi maksud yang sebenarnya dengan kata-kata palsu.

Kata Ya’juj dan Ma juj berasal dari kata ajja atau ajij dalam wazan Yaf’ul; kata ajij artinya nyala api. Tetapi kata ajja berarti pula asra’a, maknanya berjalan cepat. Itulah makna yang tertera dalam kamus Lisanul-‘Arab. Ya’juj wa-Ma’juj dapat pula diibaratkan sebagai api menyala dan air bergelombang, karena hebatnya gerakan.

Mongolia Tempat Ya’juj dan Ma’juj

Sebenarnya para ulama berbeda pendapat dengan tempat asal Ya’juj dan Ma’juj dan di negeri mana tempat mereka pertamakali muncul. Tetapi para ulama yang telah meneliti secara detail menemukan bahwa tempat Ya’juj dan Ma’juj ini berasal dari satu tempat di Timur laut wilayah Mongolia. Penduduknya beretnis Mongol dengan kehidupan nomad. Yang pasti, menurut para peneliti kata “Mongolia” dan “Mongol” sendiri terkait erat dengan kata “Ma’juj”, bahkan berhubungan langsung. Terkadang, kata Ya’juj dan Ma’juj juga dipakai dengan sebutan “Mongol” dan “Tartar”.

Tujuh Kebangkitan Ya’juj dan Ma’juj Sepanjang Sejarah.

Untuk kesekian kalinya DR. Shalah Abdul Fatah Al Khalidi menegaskan bahwa Ya’juj dan Ma’juj adalah mereka yang mendiami wilayah Mongolia. Mereka juga termasuk daerah Turkistan, Russia dan China. Tetapi yang menjadi pertanyaan penting, apakah Ya’juj dan Ma’juj tidak pernah keluar kecuali nanti saat menjelang Kiamat?

Para ilmuwan yang meneliti mengatakan bahwa Ya’juj dan Ma’juj telah bangkit dan keluar berkali-kali. Kebangkitan terakhir adalah ketika menjelang Kiamat, sebagaimana disebutkan juga dalam beberapa hadist Shahih. Para ilmuwan sejarah menyebutkan bahwa mereka terhitung sudah Tujuh kali keluar dari persembunyiannya.

Pertama, zaman prasejarah Mongol, atau sekitar tahun 5000 S.M. Ketika itu mereka sanggup merubah dan menghancurkan peradaban China kuno, lewat serangan mereka dengan melewati gurun Ghabi.

Kedua, awal dimulainya sejarah, atau sekitar tahun 1500 S.M – 1000 S.M, gelombang kedatangan mereka sebagian muncul dari Timur laut. Mereka berniat menempati sebagian wilayah China, Asia Tengah, daerah Mongolia dan Turkistan. Akan tetapi ekspansi mereka ke daerah-daerah itu dengan perdamaian bukan dengan penyerangan. Mereka hidup di sana dengan bekerja sebagai petani.

Ketiga, kemunculan Ya’juj dan Ma’juj kali ini di akhir tahun 1000 S.M. Dimana mereka menguasai wilayah pesisir laut Qazween, laut Hitam, utara Kaukasus, aliran sungai Danube dan Puljaa. Pada kebangkitannya yang ketiga ini, sejarah mencatat mereka telah melewati lorong sempit “Deriyal” di celah pegunungan Kaukasus untuk menyerang peradaban Nenoy, pada akhir tahun 700 S.M. Penyerangan mereka kepada Nenoy memberi pengaruh langsung pada jatuhnya peradaban Asyuria. Hal ini juga dibenarkan oleh Herodotus, bapak sejarah Yunani.

Keempat, di akhir tahun 500 S.M, Ya’juj dan Ma’juj bergerak untuk menguasai daerah-daerah Asia Barat, dengan melalui lorong sempit Deriyal di celah pegunungan Kaukasus. Saat itulah Dzulqarnain atas permintaan penduduk di sana mendirikan benteng menutupi lorong sempit itu. Dengan adanya benteng itu, penyerangan mereka terhalang dan batal menguasai negeri-negeri yang sudah mereka rencanakan. Negeri-negeri itu pun aman sampai beberapa waktu.

Kelima, akhir tahun 300 S.M, waktu itu kabilah Ya’juj dan Ma’juj mengarahkan ekspansinya ke wilayah Timur. Lalu tak lama kemudian mereka menyerang kekaisaran China. Para sejarawah China menyebut kabilah Ya’juj dan Ma’juj ini dengan sebutan “Hyung Hu”. Pada zaman itu kekaisaran China dipimpin oleh Kaisar Qin Shi Huang atau nama gelarnya “Shih Huang Ti” yang maknanya “Kaisar pertama”. Di era pemerintahannya ia berhasil membangun tembok agung China (The Great Wall). Pembangunan tembok ini dimulai dari tahun 264 SM. dan selesai dalam jangka waktu sepuluh tahun. Tembok inilah yang merupakan benteng dari serangan Ya’juj dan Ma’juj.

Keenam, kebangkitan Ya’juj dan Ma’juj kali ini pada abad keempat Masehi. Ketika mereka melakukan ekspansi ke Eropa, dengan dipimpin oleh panglima perangnya bernama “Attila”. Ekspansi dan penyerangan tergolong sukses, mereka menaklukkan kerajaan Romawi lalu menguasai ibukotanya Roma, yang kemudian kota ini mereka hancurkan. Mereka pun menguasai kerajaan Romawi sampai beberapa abad kemudian.

Ketujuh, pada abad ke 12 Masehi atau abad ke 7 Hijriyah dibawah kepemimpinan Jenkis khan, mereka menyerang kerajaan-kerajaan Islam sebelah Barat, kemudian berkuasa dan menghancurkannya. Dan cucu Genghis Khan bernama “Hulago” berhasil memasuki Bagdad yang merupakan ibukota pada zaman Khilafah Abbasiyyah dan menghancurkannya pada tahun 656 Hijriyah.

Genghis Khan dan Hulago Pemimpin Ya’juj dan Ma’juj

Sebagian sejarawan dan ahli tafsir berpendapat bahwa Mongol dan Tartar merekalah Ya’juj dan Ma’juj. Mereka yang disebutkan di atas telah bangkit dan melakukan ekspansi tujuh kali sepanjang sejarahnya. Dan keluarnya Genghis Khan serta Hulago pada kebangkitan ketujuh Ya’juj dan Ma’juj, menurut para ilmuwan merupakan pendapat yang boleh-boleh saja. Bukan pendapat yang mesti ditolak dan bukan pendapat yang aneh.

Karena ekspansi Mongol atau Tartar selalu dalam jumlah yang besar dan menakutkan. Sementara itu bukti-bukti menyatakan bahwa serangan Mongol dan Tartar pada negeri-negeri Islam sangat besar dan merusak. Jejak penghancurannya terdapat bukti-bukti yang kuat.
Jatuhnya Bagdad dan Terbunuhnya Khalifah

Genghis Khan wafat pada tahun 624 Hijriyah. Namun peperangan antara umat Islam melawan bangsa Mongol dan Tartar tetap berlanjut. Sampailah kemudian kepemimpinan Mongol ditangan cucu Genghis Khan, yaitu Hulago. Hulago pun tak kalah bencinya kepada Islam dan berniat terus memeranginya. Ia telah menyiapkan pasukan berjumlah 200 ribu orang untuk menyerang Bagdad.

Mereka menduduki Bagdad dengan mudah pada akhir bulan Muharram tahun 656 Hijriyah. Saat itu pasukan Islam berjumlah kurang dari sepuluh ribu orang. Dengan jumlah sedikit itu menjadikan pasukan Islam mudah dikalahkan. Ditambah lagi pengkhianatan dari para pejabat khalifah, sehingga pasukan Mongol mudah menguasai Bagdad. Di kota Bagdad Hulago menumpahkan kebenciannya pada Islam, ia memerintahkan untuk membunuh seluruh penduduk Bagdad. Tak terkecuali khalifah yang berkuasa saat itu Al Mu’tashim Billah, yang merupakan khalifah terakhir Dinasti Abbasiyyah. Beberapa sejarawan berbeda pendapat tentang jumlah umat Islam yang terbunuh di Bagdad. Sebagian mengatakan 800.000 ribu orang, 1.800.000 ribu orang dan bahkan ada yang mengatakan 2 juta orang terbunuh di Bagdad. Wajar jika yang meninggal dalam jumlah sangat besar, karena pedang-pedang prajurit Hulago tidak berhenti selama 40 hari menebas leher orang-orang Islam, hingga diberitakan saat itu Bagdad banjir darah!

Perang ‘Ain Jalut Serta Kalahkannya Ya’juj dan Ma’juj

Pasukan Mongol di bawah pimpinan Hulago merubah arah ekspansinya dari Bagdad menuju Syiria. Dengan didukung kekuatan yang lengkap mereka dengan mudah menaklukkan wilayah Haleb dan membunuh penduduknya.

Di Timur jauh wilayah Mongolia, terjadi perpecahan antara para pejabat dan panglima perang Mongol dalam masalah kekuasaan. Oleh karena itulah Hulago panglima besar Mongol kembali ke negerinya untuk melihat langsung pertikaian itu. Ia menyerahkan tapuk kepemimpinan di wilayah Syiria kepada “Kitbuqa”. Pasukan Islam saat itu dipimpin oleh Al Mudzaffar Saifuddin Qutuz dan Dzahir Pepris. Dua pasukan itu bertemu di suatu tempat yang dikenal dengan ‘Ain Jalut. Perang itu sendiri pecah pada hari Jum’at, 25 Ramadhan tahun 658 H, dua tahun setelah Hulago membumihanguskan Bagdad. Pada perang di ‘Ain Jalut ini pasukan Islam memperoleh kemenangan dan berhasil menghancurkan tentara Mongol. Bahkan pangeran Jamaluddin Aqusyi mampu menerobos kejantung pertahanan musuh dan membunuh panglima perang Mongol Kitbuqa.

Kekalahan di ‘Ain Jalut merupakan kekalahan pertama Mongol. Ini merupakan akhir kisah dari kebangkitan ketujuh kaum yang disebut Ya’juj dan Ma’juj itu. Setelah kekalahan ini tentara Mongol kembali ke negerinya, mereka mendirikan kerajaan-kerajaan di wilayah India, Khurasan, Turkistan dan lainnya.

Kebangkitan Terakhir Ya’juj dan Ma’juj

Para peneliti kembali menyimpulkan bahwa Ya’juj dan Ma’juj mereka adalah orang-orang yang berkulit kuning. Mendiami wilayah China, Korea, Tibet, Mongolia, Rusia, Turkistan dan lainnya. Lalu apa hubungan mereka dengan kebangkitan Ya’juj dan Ma’juj menjelang hari Kiamat?
China disinyalir merupakan bahaya yang dahsyat bagi Eropa, Amerika, Arab dan lainnya. Sedikit informasi ekonomi Mesir hari ini mulai dikuasai oleh bangsa pendatang (China). Bahaya di masa depan utamanya adalah terkait dengan jumlah penduduknya. Penduduk China merupakan seperempat jumlah penduduk bumi. Jumlah itu terus bertambah dengan cepat. Memang belum jelas apa yang akan terjadi di masa depan, dengan terus bertambahnya jumlah penduduk bukan tidak mungkin mereka melakukan ekspansi besar-besaran. Ekspansi itu mungkin dengan cara damai atau bahkan dengan pendudukan secara paksa. Akan tetapi sumber sejarah membenarkan keadaan ini, dan mewanti-wanti akan bahaya China di masa depan. Seorang Kaisar Jerman pernah berkata, “akan celaka Eropa dari China!”

Keberadaan Rusia juga tidak bisa dikesampingkan, mungkin saja mantan negara adidaya itu bangkit kembali dan berkuasa. Karena sejarah dan sunatullah mencatat ada pengulangan dari setiap kejayaan.

Sebagian ilmuwan berpendapat bahwa Ya’juj dan Ma’juj bukan ditujukan kepada kelompok atau etnis tertentu, tetapi lebih menekankan kepada sifat secara umum bagi semua kelompok, etnis dan bangsa yang suka membuat kerusakan dan membunuh manusia. Tetapi pendapat ini dibantah, karena bukti-bukti sejarah dan dalil-dalil agama menunjuk kepada kelompok tertentu (baca: pengkhususan).

Kebangkitan Ya’juj dan Ma’juj menjelang hari Kiamat merupakan suatu kepastian. Mereka akan bangkit dari sebelah Timur dalam jumlah yang sangat besar, mereka menghabiskan ’sumber-sumber air’ di negeri-negeri yang mereka lewati. Bahkan saking rakusnya, sebagian kelompok Yajuj dan Ma’juj yang terakhir tidak mendapatkan air itu. Ini semua tidak akan terjadi kecuali menjelang hari Kiamat. Wallahu ‘alam [Abu Nahidh]

artikel ini dicopy dari http://dzulqarnaindanyajujmajuj.blogspot.com/2008/03/apa-dan-siapa-yajuj-majuj-dari-awal.html

Kafir adalah sebuah istilah dalam Islam yang digunakan untuk menyebut manusia yang tidak mau beriman (mengakui rukun Iman). Lalu ada sebuah artikel yang pernah saya baca, jika seseorang masuk Islam namun tidak beriman bisakah disebut kafir seperti saya seorang muslim namun belum beriman secara menyeluruh. Itu sebuah kalimat yang ditulis oleh Herry dalam situs suluh. Saya hanya mengelus dada. Betapa dangkal pemahaman tentang Islam, jika seseorang membaca artikel dan pemahaman tentang dien ini hanya setengah-setengah pastilah ia akan bilang betul dan betul dengan berbagai jabaran kafir yang ngawur.

Ketika seseorang disebut muslim adalah ketika ia telah mengucapkan dua kalimah syahadah. Adapun fungsi syahadah adalah sebagai pintu gerbang masuk Islam, inti pengajaran Islam, furqon (pembeda antara muslim dan kafir), mempunyai banyak keutamaan, sebagai ikrar (penyerahan secara totalitas kepada Allah). Dari sini saja sudah bisa diambil garis tentang apa itu kafir. Ketika seseorang tidak mau mengucapkan dua kalimah syahadah maka dia disebut kafir-yahudi, nasrani, Kristen, protestan, hindu, budha, konghucu dan faham-faham lain yang mengingkari pada ketuhanan terhadap Allah SWT.

Sedangkan syahadah sendiri mempunyai syarat-syarat untuk memenuhi arti dari syahadah itu. Syarat tersebut diantaranya 1) Memahami Syahadah (QS.47:19) >> memahami disini seorang muslim harus benar-benar tahu bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah, sehingga jika ia sudah mengucapkan syahadah namun masih menyembah atau mengimani Tuhan yang lain maka syahadahnya batal. 2)Membenarkan yang Haq (tidak ragu) QS. Al Hujurat : 15 >> orang mukmin adalah orang yang beriman kepada Allah dan Rasulnya, kemudian tidak ragu-ragu (tidak ada keraguan). Berjihad/berjuang dengan hartanya dan jiwanya di jalan Allah mereka itulah orang-orang yang benar. 3)Ikhlas QS. Al Bayyinah : 5

Kembali kemakna istilah kafir, dalam Al Qur’an pun cukup jelas diterangkan tentang makna kafir ini diantaranya dalam QS. 5 : 17 >> Allah mendefinisikan kafir seseorang jika : seseorang itu menyamakan Allah dengan Al Masih putra Maryam . QS. 5 : 72 >> Kafir bila mengatakan Allah yang tiga (Bapak, anak, roh khudus). QS. 18 : 100-101 >> Kafir itu adalah orang yang mata hatinya dalam keadaan tertutup (tidak mampu) dari memperhatikan tanda-tanda (kebesaran) Allah dan mereka tidak sanggup mendengar dan balasannya adalah jahannam. Maksudnya bila seseorang benar-benar menutup hatinya tentang kebenaran Islam, ia tidak sensitive terhadap tanda-tanda yang ada di muka bumi ini, dan parahnya tidak mau mendengar nasehat. Jika ketiga-tiga cirri ini melekat dalam diri seseorang maka dialah yang disebut kafir (dan bias digolongkan pada kaffir dzimmi karena sampai kapanmun mereka ini akan membenci islam dan memusuhi islam). Kafir kategori ini didukung pada QS. 22 : 46, 2: 6-7, QS. 64 : 11, QS. 3 : 119, 3 : 113-114, QS. 2 : 62, dan sebagai penutupnya QS. 3 : 85 >> barang siapa mencari agama selain Islam dia tidak akan diterima, dan dia kherat ia termasuk orang yang merugi.

Arti di Al Qur’an itu cukup jelas siapa yang dinamakan kafir. Siapapun orangnya jika tidak mau mengucapkan 2 kalimah syahadah adalah kafir. Barang siapa yang tidak mau mengakui Allah sebagai Tuhannya dan Muhammad sebagai utusannya adalah kafir. Jadi tidak usah diutak utik lagi, tidak usah diplintir-plintir lagi dengan makna yang kabur-misalnya jangan menjustice seorang yang mau belajar Al Qur’an tapi tidak mau masuk Islam, mereka ini tidak boleh disebut kafir. Itulah pendapat aneh yang sudah merebak dalam pikiran orang JIL dan sebangsanya (sebangsa tentang pemahamannya). Itu sudah jelas artinya. Lalu jika orang muslim tapi tidak beriman apa disebutnya ? Dia adalah seorang musyrik dan munafik.

Dalam Islam kelompok kafir ada 3 golongan : 1) Golongan yang berdamai dan membuat perjanjian, 2)Golongan yang berperang-termasuk orang munafik wajib untuk diperangi, karena sangat berbahaya dalam menghancurkan fikrah dan keberadaan Islam. Walau bukan kafir tapi ia wajib untuk dimusuhi, 3)Golongan yang dilindungi (ahluz-zimmah)-termasuk ahlul kitab, dan ahlul kitab yang mau beriman. Dan ketika kita melihat di sekeliling kita siapakah yang disebut kafir adalah seseorang yang di luar Islam. Lalu mereka masuk dalam kategori manakah dari golongan kafir tersebut ? kita harus memahaminya. Karena Islam mengajarkan rahmat untuk seluruh alam. Sebisa mungkin harus menghindari peperangan walau ada perintah jihad disana. Diperbolehkan menganggakat pedang jika Islam diserang dan jika Islam dihianati dalam perjanjian tersebut dan Islam melindungi ahluz-zimmah. Untuk itu dalam bermasyarakat kita harus mengetahui non islam (kafir) itu dalam golongan mana sehingga kita tidak terbentur friksi dengan mereka.

Kemudian masalah Non Islam dan Kafir. Kalaulah mereka yang diluar Islam itu kafir kenapa kita tidak berani menyebut mereka kafir, kenapa ada istilah non islam. Sebenarnya ini adalah masalah interaksi social saja tidak menghilangkan pesan khusus tentang makna kafir yang sebenarnya. Adab dalam pergaulan saja. Ada sebuah kesan dalam interaksi sosial ketika menggunakan istilah kafir itu terkesan pedas di telinga dan sakit dirasakan dalam hati. Untuk menghormati mereka yang membuat perjanjian dan ahluz-zimmah maka istilah non Islam ini muncul demi menjaga hubungan baik dengan mereka. Sedangkan kata kafir dalam masyarakat tetap dipergunakan bagi mereka yang kafir harbi. Dan ini sepertinya bukan masalah yang prinsipil tentang istilah ini. Jadi tidak usah diributkan.

Ketika seseorang lebih dihormati maka biasanya ia lebih mudah untuk menerima kebenaran asal satu hal mata hatinya tidak ditutup oleh Allah SWT. Bila sudah ditutup oleh Allah kita menjalin hubungan baik dengan merekapun mereka tetap akan melawan dan menghancurkan umat Islam. Jadi tidak ada salahnya langsung saja sebut kafir.

Karena ada kewajiban kita untuk mendakwahi kafir yang membuat perjanjian dan kafir ahluz-zimmi. Untuk kepentingan dakwah alangkah baiknya kita menjaga setiap omongan yang keluar dari mulut kita. Yang prinsipil itu adalah seberapa kita faham makna syahadah sehingga kita bisa tahu seseorang itu termasuk kafir atau tidak. Ingin lebih fahim lagi baca maroji dibawah.*az

Maraoji’ : Al Qur’anul Karim, Ma’alim Fit Thoriq Sayyid Qutb, Allah Jalla Jallaluh Said Hawwa, Materi Kajian Tauhid Ahlussunnah Waljamaah, Makna Syahadah dari materi tarbiyah dzatiyah